

Untuk daging pihannya juga maunya yang organik, lho! Tapi kadang kalau nggak ada daging ayam organik, daging kambing juga dia suka. Pola makannya memang udah berubah, dia jadi lebih sadar makan sehat dengan pilihan makanan utuh kayak buah-buahan, sayiran, kacang-kacangan. Adik saya, Ryandi kerja di Bekasi, di Bali hanya sebentar dan dia mau ngajak keluarganya makan-makan di tempat makan organik dan menyehatkan. Tempat kedua yang kami datangi untuk makan, ditraktir adik saya yang datang dari Bekasi, adalah The Cashew Tree. Kalki setiap melihat papan penjelasan minta dibacain oleh opanya hehehe… Cocok banget kan sebagai wisata edukasi. Juga ada papan penjelasan untuk jenis-jenis tanaman bakau yang ada di sana. Di setiap beberapa meter disediakan tempat sampah organik dan anorganik. Setelah makan siang ala piknik di hutan mangrove, kami melanjutkan jalan kaki menyusuri jembatan kayu kawasan jogging track. Bahkan kami buka perbekalan di atas jembatan kayu sambil sesekali berfoto-foto. Yeah, jogging track is my favorite place! saya sempat coba jogging kecil disana dan kayu jembatannya agak kurah stabil dan kokoh buat lari karena bergerak-gerak dan bunyi juga hihi… Di kawasan jogging track inilah ada jalan jembatan kayu lagi, di sini hutan bakaunya lebih lebat dan lebih teduh. Lalu kami terus berjalan hingga ke jogging track. Setelah kantin, ada kantor dan juga sebagai loket naik perahu menyusuri hutan bakau melalui sungai hingga ke muara. Nggak tau siapa yang punya, tapi kandang ular dan monyetnya diletakkan berdekatan gitu. Di dekat kantin terdapat kandang ular dan kandang monyet. Sayangnya perahu tersebut berdebu dan kotor jadi saat Kavin dan Kalki mau main ke atas perahu, saya tidak kasih. Di jalan aspal kami mendapati bangkai perahu yang masih bagus di pajang di atas tanah yang agak lebih tinggi.


Beli pentolnya cukup Rp 5.000 aja itu udah pakai bumbu kacang.ĭi sana nggak melulu jalanan jembatan kayu, ada juga jalan aspal dan berpavink. Tidak lupa juga kami beli pentol hehehe…. Kalki sempat beli es krim, untuk harga es krim yang seharusnya Rp 3.000 dijual seharga Rp 6.000. Selama menyusuri hutan bakau, kami bisa melihat ada pedagang es, pedagang pentol keliling. Juga ada spot khusus foto dan disediakan fotografer tapi sayang saat itu sedang tutup. Di sepanjang jembatan kayu kami bisa melihat ada nama-nama tanaman jenis bakau. Untuk masuk ke kawasan konservasi hutan bakau ini gratis. Selanjutnya akan ada jalan jembatan kayu yang dibangun sepanjang area hutan bakau. Pertama kali menginjakkan kaki di sana, saya melihat ada gedung kantor dan ada hall terbuka. Saat itu kami naik mobil dan tarif parkirnya Rp 5.000. Ada untuk sepeda motor dan ada untuk mobil. Tapi untung di Ekowisata Mangrove Surabaya ini pohon bakaunya udah besar-besar jadi lumayan teduh.Īkses ke hutan bakau di Rungkut ini agak susah karena tidak terletak di pinggir jalan utama, kami harus masuk-masuk sampai ke pemukiman warga hingga ke kompleks perumahan baru. Sebenarnya Surabaya itu panas banget ya, apalagi kalau berkunjung ke ruang terbuka di waktu siang hari seperti kami. Ini termasuk kawasan konservasi dan ekowisata.

Tempat kedua di Surabaya yang kami kunjungi setelah RPTRA Taman Prestasi Ketabang Kali adalah hutan mangrove di Wonorejo, Rungkut.
